Merdeka.com - H-1 Lebaran Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijiriah,
bentrokan antara ribuan personel polisi dengan warga di Gang Dolly dan
Jarak, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Jawa Timur,
pecah, Minggu (27/7).
Lebih satu bulan pasca-penutupan lokalisasi
terbesar se-Asia Tenggara, atau tepatnya tanggal 18 Juni lalu oleh
Pemkot Surabaya itu, dibiarkan tetap beraktivitas menjajakan bisnis
lendir, kecuali saat bulan puasa, seluruh wisma memang sengaja
diliburkan dan akan beraktivitas kembali setelah Lebaran Hari Raya Idul
Fitri.
Namun, saat H-1 lebaran, Pemkot Surabaya yang dibantu
pihak TNI-Polri melakukan pembersihan dan tindakan tegas bagi para
pembangkang di Gang Dolly dan Jarak. Minggu pagi, personel gabungan,
TNI, Polri, Satpol PP dan Linmas Pemkot Surabaya hendak memasang plakat
bertuliskan: Kelurahan Putat Jaya Kampung Bebas Lokalisasi Prostitusi.
Sekitar
pukul 08.00 WIB, personel gabungan itu menggelar apel pagi dan
berangkat menuju Putat Jaya dari Mako Polrestabes Surabaya di Jalan
Sikatan. Tiba di depan pintu masuk area lokalisasi, puluhan personel
polisi lengkap dengan senjata laras panjang, memblokir jalan. Mobil
water cannon juga disiagakan, baik di pintu masuk sisi utara, atau di
Jalan Giri Laya, maupun sisi selatan, yaitu Jalan Dukuh Kupang.
Sementara
di pintu masuk sisi selatan, tepatnya di depan Kelurahan Putat Jaya,
personel Satpol PP dan Linmas Pemkot Surabaya, yang hendak memasang
plakat wilayah bebas prostitusi, harus berhadapan dengan warga sekitar
lokalisasi.
Warga memblokir pintu masuk dan membakar ban bekas.
Bentrokan antara aparat kepolisian dan warga akhirnya pecah. Massa yang
terdiri dari pekerja lokalisasi Jarak dan Dolly menyerbu ratusan
personel polisi dari Polrestabes Surabaya yang dilengkapi senjata.
Puluhan
warga melempar dengan batu dan kayu. Sementara petugas mundur sekitar
sejauh 1 kilometer. Lalu menembakkan gas air mata sebagai balasan atas
serangan warga.
Suasana makin mencekam. Selain diwarnai asap
hitam pekat yang berasal dari ban bekas yang dibakar, juga bercampur
asap gas air mata serta hujan batu yang terus menerus. Warga juga
berhasil merampas plakat milik Pemkot Surabaya dan akan membakarnya
bersama ban bekas.
Sedangkan dari pihak kepolisian, yang mundur
dari serangan warga, terpaksa kan mobil water cannon untuk mengurai
massa yang mengamuk. Mobil terus berjalan maju dan diikuti pasukan
Dalmas.
Warga tak menyerah. Mereka justru terus melempar dengan
batu. Langkah water cannon terhenti di pintu masuk Jalan Jarak. Terlebih
lagi, kondisi jalan dipenuhi batu dan kayu. Ban bekas yang berserakan
masih mengepulkan asap tebal.
Untuk meredam aksi bentrok, polisi
menggelar kesepakatan dengan warga, dan bentrokanpun terhenti. Hasil
perundingan itu, warga harus mengembalikan plakat milik Pemkot Surabaya
yang berhasil dirampas saat bentrokan, dan pihak kepolisian juga harus
melepas 1 orang warga yang tertangkap.
Warga lengah. Polisi
berhasil menjalankan taktik-nya. Selanjutnya, polisi kembali merangsek
masuk. Bentrokan kembali terjadi. Namun warga berhasil dipukul mundur.
Polisi dengan kekuatan penuh langsung menyisir jalan menuju Gang Dolly
dan menangkap siapa-saja yang menentang kebijakan pemerintah menutup
Gang Dolly dan Jarak.
Bahkan polisi juga berhasil menangkap
beberapa orang, termasuk Saputra alias Pokemon, komandan penentang Wali
Kota Surabaya, Tri Rismaharini. "Kita berhasil menangkap dua orang, tapi
bisa juga lebih. Nanti kita akan cek kembali di markas koordinasi. Yang
setelah ini, pasukan kita tarik lagi, agar warga bisa kembali
beraktivitas," terang Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Setija Junianta
di lokasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar